Pages

Senin, 05 April 2010

Pria dengan Penis Besar Doyan Selingkuh?

KOMPAS.com — Pemahaman tersebut berangkat dari teori "kompetisi sperma", yakni testis yang besar menyimpan lebih banyak sperma daripada testis kecil sehingga harus lebih sering dikeluarkan.

Kalau para simpanse, mungkin iya. Mereka yang testisnya lebih besar lebih rajin menyetubuhi simpanse betina, sementara si betina bisa beberapa kali melakukannya dengan pasangan yang berganti-ganti. Manusia tentu saja bukan simpanse.

Demikian pula dalam ukuran penis. Mungkin si penis besar merasa bangga dan berhasrat membuktikannya kepada banyak perempuan. Namun, itu pun bukan kesimpulan bahwa lelaki dengan penis besar doyan menyeleweng. Artinya, kalau memang tabiatnya suka menyeleweng, tak ada kaitannya penis dan buah zakarnya besar atau kecil.



Dikutip dari: kompas.com
...!!!Harap kunjungi situs Asli!!!!...
<<---Dan pilih iklannya agar kita saling menguntungkan--->>
Anda Mendapat Informasi, Merekapun Juga Dapat Income

Pesan dari www.cari-barang.com

Inilah 8 Statistik Seputar Seks

KOMPAS.com - Semakin terbukanya segala sesuatu tentang seksualitas membuat seks semakin tak dianggap sebagai sesuatu yang menimbulkan malu dan tabu. Fakta-fakta berikut ini contohnya ;

Punya anak terbanyak
Aktivitas seksual dan reproduksi memang tak bisa dipisahkan. Namun seberapa banyak seseorang bisa menghasilkan keturunan? Seorang wanita Rusia dari abad 18 memegang rekor untuk wanita dengan jumlah anak terbanyak: 69. Wanita ini hamil 27 kali dan melahirkan 16 pasang anak kembar, tujuh pasang kembar tiga dan empat pasang kembar empat.

Meski begitu menurut Guinness Book of World Record pemegang rekor anak terbanyak adalah raja Moroko yang memiliki anak biologis 342 anak perempuan dan 525 anak laki-laki. Pada tahun 1721 ia tercatat sudah memiliki keturunan 700 anak laki-laki.

Pentingkah ukuran?
Tenang, jangan percaya pada mitos kejantanan dan film-film yang menampilkan ekspresi wanita yang terbelalak melihat penis pasangannya. Rata-rata ukuran penis yang normal saat ereksi adalah 11-14 cm dengan diameter 3,2 cm.

Banyak yang butuh bantuan
Diperkirakan 5 persen dari pria berusia 40-an dan 15-25 persen pria usia 56 tahun mengalami disfungsi ereksi. Akibatnya, 57 persen pria dan 64 persen wanita merasa tidak puas dengan kehidupan seksual mereka.

Kapan pertama kali?
Rata-rata pria di dunia kehilangan keperjakaannya di usia 16,9 tahun, sedangkan wanita berhubungan intim di usia rata-rata 17,4 tahun. Studi terbaru menunjukkan faktor genetik mungkin memengaruhi kapan seseorang melakukan seks pertama kali. Orang dengan kepribadian yang impulsif cenderung lebih cepat melakukan hubungan seks dibanding rekannya.

Tidur sendiri
Menurut data National Sleep Foundation, satu dari 10 pasangan suami istri, atau sekitar 12 persen, memiliki kebiasaan tidur di kamar terpisah dari pasangannya.

Selalu mencapai orgasme?
Bila 75 persen pria selalu mencapai orgasme setiap kali bercinta, hanya 29 persen perempuan yang merasakan pengalaman yang sama. Selain itu, kebanyakan perempuan butuh stimulasi klitoris untuk mencapai orgasme.

Hubungan tanpa status
Memiliki komitmen yang jelas dengan seseorang tampaknya sudah tak begitu menarik lagi. Paling tidak itu dibuktikan lewat penelitian Wayne State University dan Michigan State University yang menyebutkan dua pertiga mahasiswa lebih memilih hubungan tanpa status alias punya "teman tapi mesra" ketimbang menjalin komitmen istimewa.

Berapa pasangan seks?
Menurut survei yang dilakukan oleh National Center for Health Statistic terhadap orang dewasa berusia 20-59 tahun, selama hidupnya seorang wanita rata-rata memiliki empat partner seks, sedangkan pria memiliki tujuh partner.



Dikutip dari: kompas.com
...!!!Harap kunjungi situs Asli!!!!...
<<---Dan pilih iklannya agar kita saling menguntungkan--->>
Anda Mendapat Informasi, Merekapun Juga Dapat Income

Pesan dari www.cari-barang.com

Mencari Asuransi Kesehatan yang Tepat

Ayah saya pemegang polis suatu asuransi kesehatan. Beliau telah menggunakannya beberapa kali dan lumayan dapat mendukung pembiayaan kesehatannya. Saya tertarik untuk masuk asuransi kesehatan dan telah mencoba melihat beberapa brosur asuransi yang sesuai dengan kebutuhan saya. Saya memerlukan lindungan biaya asuransi untuk rawat jalan maupun rawat inap. Saya bersedia membayar premi yang disyaratkan asalkan semua kebutuhan saya dapat dipenuhi.

Saya seorang ayah dengan dua anak. Istri juga bekerja, sedangkan anak masih kecil berusia lima dan tiga tahun. Pada umumnya asuransi kesehatan yang saya dapatkan hanya membiayai pengeluaran untuk kuratif. Kami ingin juga mendapat perlindungan biaya untuk pemeliharaan kesehatan, termasuk pencegahan penyakit. Sekarang cukup banyak vaksin yang bermanfaat untuk mencegah penularan penyakit seperti vaksin hepatitis B, hepatitis A, influenza, dan untuk istri saya human papilloma virus.

Namun, sayang sekali kebanyakan asuransi tidak membiayai upaya untuk mencegah penyakit ini. Selain itu, saya agak heran ada asuransi yang hanya membiayai biaya rawat inap. Sudah tentu kebijakan ini akan memboroskan biaya dan juga menjadikan peserta yang sebenarnya hanya perlu rawat jalan menjadi harus dirawat inap. Saya juga memerhatikan ada penyakit-penyakit yang tak dibiayai oleh asuransi, termasuk salah satunya HIV/AIDS. Ini mengherankan karena HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan yang semakin nyata di negeri kita, tetapi asuransi justru tak membiayainya.

Ketika saya tanyakan kepada petugas dijawab bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit yang dicari sendiri karena peserta tertular akibat perilaku yang kurang baik. Saya sungguh heran dalam era informasi yang terbuka seperti ini salah satu stakeholder kesehatan yang penting, yaitu perusahaan asuransi, masih belum memahami penularan HIV/AIDS. Juga sebenarnya penyakit jantung, stroke, dan diabetes melitus juga disebabkan perilaku yang kurang sehat.

Saya memang hanya calon peserta asuransi kesehatan, tetapi saya amat berharap sektor pembiayaan kesehatan kita berkembang dengan baik. Kita berharap semakin banyak orang sakit yang dilindungi dengan asuransi sehingga sakit tidak perlu menjadi beban keluarga yang berat. Saya juga mendambakan agar perusahaan asuransi mulai mengubah paradigma lebih membiayai upaya pemeliharaan kesehatan dan pencegahan ketimbang upaya kuratif. Kenapa asuransi bersedia membiayai penyakit sirosis hati, tetapi tak mau membiayai vaksinasi hepatitis B yang jauh lebih murah dan memberi manfaat pencegahan bagi peserta asuransi? Apakah ada upaya profesi kesehatan untuk berkomunikasi dengan perusahaan asuransi sehingga perusahaan asuransi di Indonesia dapat berkontribusi meningkatkan taraf kesehatan masyarakat secara nyata?

HT di J

Jawab

Niat Anda sekeluarga untuk menjadi peserta asuransi kesehatan merupakan niat yang baik. Kita sering mendengar jika ada anggota keluarga yang sakit apalagi jika sampai dirawat di rumah sakit, biaya perawatan dapat menguras tabungan keluarga bahkan dapat menyebabkan keluarga berutang.

Biaya kesehatan di seluruh dunia memang terus meningkat. Tak heran kebijakan Barack Obama mengenai jaminan kesehatan di Amerika Serikat menjadi isu hangat karena menyangkut kepentingan orang banyak. Keluarga Indonesia sudah mulai menyediakan dana untuk pendidikan dan kesehatan. Salah satu cara adalah dengan menjadi peserta asuransi. Namun, jumlah peserta asuransi kesehatan di negeri kita masih relatif kecil, masih sekitar 70 persen masyarakat membayar biaya berobat dari kantongnya sendiri karena tidak dilindungi oleh asuransi.

Kita bergembira bahwa jaminan sosial nasional sebentar lagi akan terwujud. Kita berharap melalui jaminan sosial ini biaya yang harus dipikul keluarga jika sakit akan berkurang. Memang perusahaan asuransi lebih merupakan lembaga keuangan daripada lembaga kesehatan. Namun, kita memang berharap peran perusahaan asuransi kesehatan akan semakin meningkat dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat.

Ini berarti asuransi kesehatan juga harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat serta kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan. Sudah tentu perubahan kebijakan perusahaan asuransi tersebut tetap harus didukung oleh pertimbangan keuangan. Karena pada dasarnya tujuan perusahaan asuransi adalah untuk mendapat keuntungan.

Namun, alangkah indahnya jika upaya untuk mencari untung tersebut juga dapat berdampak nyata pada pemeliharaan kesehatan perorangan dan masyarakat. Saya amat setuju jika upaya penyuluhan dan pencegahan mendapat dukungan biaya asuransi kesehatan. Di banyak negara, biaya vaksinasi pada umumnya telah dibiayai asuransi. Bahkan, jika peserta tak divaksinasi ada perusahaan asuransi yang membebankan sebagian biaya kepada peserta karena kelalaian tersebut.

Perusahaan asuransi juga dapat mendukung gaya hidup sehat dengan memberi potongan premi bagi peserta yang tak merokok, minum alkohol, berolahraga teratur, dan berat badannya ideal. Dewasa ini upaya untuk mengurangi biaya kesehatan adalah dengan menggalakkan upaya penyuluhan dan pencegahan. Juga lama perawatan di rumah sakit diupayakan untuk diperpendek dan layanan dilanjutkan dengan layanan rawat jalan atau layanan di rumah.

Namun, seperti yang Anda keluhkan, ternyata masih ada perusahaan asuransi yang hanya mau membayar jika pasien dirawat di rumah sakit. Mengenai diskriminasi untuk beberapa penyakit sudah sewajarnya dihilangkan. Hendaknya setiap penyakit mendapat penggantian biaya. Lebih wajar jika biaya pengobatan yang dibatasi besarnya jika perusahaan asuransi tak mau merugi.

Di samping diskriminasi masalah rahasia kedokteran juga harus mendapat perhatian perusahaan asuransi. Masih cukup banyak perusahaan asuransi yang mengabaikan kewajiban menyimpan rahasia kedokteran, dokter diminta mengisi diagnosis penyakit secara terbuka yang memungkinkan dibaca oleh orang-orang yang tak berkepentingan.

Kita semua perlu berusaha menyempurnakan sistem pembiayaan kesehatan kita. Salah satunya kita harus memperkuat perusahaan asuransi kesehatan di Indonesia. Komunikasi profesi kesehatan dengan perusahaan asuransi telah dimulai, tetapi memang belum cukup. Masih perlu komunikasi yang lebih intens untuk kepentingan masyarakat luas. Jadi, pilihlah perusahaan asuransi yang mementingkan kepentingan peserta dan masyarakat.

Dr Samsuridjal Djauzi



Dikutip dari: kompas.com
...!!!Harap kunjungi situs Asli!!!!...
<<---Dan pilih iklannya agar kita saling menguntungkan--->>
Anda Mendapat Informasi, Merekapun Juga Dapat Income

Pesan dari www.cari-barang.com

Rasa Cemas Mampu Mengurangi Depresi

Illinois, Sabtu - Di kalangan orang-orang yang mengalami depresi, kegelisahan atau anxiety yang sering dikaitkan dengan rasa cemas ternyata dapat mengurangi depresi.

Sejumlah peneliti menggunakan functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI) untuk meneliti aktivitas otak mereka yang mengalami depresi, tetapi tidak gelisah, atau mereka yang menunjukkan berbagai tingkat depresi dan satu atau dua tipe kecemasan. Hasil studi ini dimuat dalam jurnal Cognitive, Affective & Behavioral Neuroscience.

Penelitian tersebut ditujukan pada depresi dan dua jenis kecemasan: anxious arousal—ketakutan yang kadang meningkat menjadi rasa panik dan anxious apprehension yang sering disebut sebagai rasa cemas.

”Meskipun kami berpikir bahwa depresi dan rasa cemas adalah hal yang terpisah, keduanya sering kali terjadi secara bersamaan,” ujar Profesor Gregory A Miller, psikolog dari University of Illinois, yang memimpin riset tersebut bersama psikolog proPesor Wendy Heller.

”Dalam studi secara nasional dari prevalensi perilaku gangguan psikiatrik, tiga perempat dari mereka yang didiagnosis mengalami depresi berat sedikitnya juga didiagnosis dengan satu gangguan lain. Pada banyak kasus mereka yang didiagnosis mengalami depresi biasanya juga mengalami anxiety dan sebaliknya,” ujar Miller.

Miller dan Heller lama berdebat bahwa kegelisahan pada mereka yang memiliki rasa cemas kronis adalah berbeda dengan kepanikan atau kewaspadaan berlebihan yang merupakan karakteristik dari anxious arousal.

Dari penelitian terhadap aktivitas otak dikaitkan dengan aktivitas ini dihasilkan bahwa kewaspadaan berlebihan telah meningkatkan aktivitas otak yang terkait depresi, sementara kecemasan menguranginya. Hal ini menyebabkan pengurangan pada efek negatif depresi dan rasa ketakutan. ”Kadang-kadang rasa cemas penting karena dia membantu Anda merencanakan dengan lebih baik dan jauh lebih fokus,” ujar Heller. Mereka yang dihinggapi rasa cemas akan lebih mengabaikan kata-kata negatif dan lebih fokus pada tugasnya.(livescience.com/ISW)


Dikutip dari: kompas.com
...!!!Harap kunjungi situs Asli!!!!...
<<---Dan pilih iklannya agar kita saling menguntungkan--->>
Anda Mendapat Informasi, Merekapun Juga Dapat Income

Pesan dari www.cari-barang.com

Total Pageviews