Pages

Jumat, 16 April 2010

Humor Anak-anak Muda

Kemarin sore, saya naik L-300 dari Parapat, Danau Toba menuju Pematang Siantar. L-300 ini berangkat dari Tarutung. Penuh dan tinggal satu lagi kursi yang kosong di barisan paling belakang. Di samping kanan saya seorang ibu muda dengan anak perempuannya, di sebelah kiri saya seorang laki-laki muda yang sedang pulas tidur yang di pangkuannya terdapat sebuah daftar nilai di dalam map transparan. Di situ tertulis namanya: Tahan Jacky Marpaung, jurusan tehnik mesin. Namanya membuat saya teringat pada si Jack Marpaung dengan lagunya yang terkenal: Kamar 13. Sebuah lagi yang berkisah tentang pengalamannya dan pertobatannya di penjara yang syairnya antara lain berbunyi: Di kamar 13 on/ dang tarlupahon au… jora ma au/jora ma au (di kamar 13 ini/tak mungkin saya lupakan… aku bertobat/aku bertobat…

L-300 yang saya tumpangi mempunyai 4 deret kursi. Supirnya masih muda. Di deret 1 sampai 3, dipenuhi dengan para mahasiswa yang kenal satu sama lain. Saya sempat bertanya kepada salah satu yang duduk di depan saya apakah mereka mahasiswa di Medan sebab jurusan L-300 itu adalah ke Medan. Oh, ternyata mereka mahasiswa di Tarutung dan ke Medan untuk menghadiri sebuah acara. Si mahasiswa yang saya tanya itu memegang koran Kompas edisi kemarin yang kemudian dia berikan kepada yang lain; mereka membaca secara bergantian. Si mahasiswa kepada siapa saya bertanya sempat membacakan caption Kompas hl.8 dengan suara lambat dan keras-keras sehingga semua penumpang bisa mendengarkannya dengan jelas: Seorang anggota Milisi Revolusioner Nasional berdiri dengan menenteng senjata pada hari milisi di Caracas, ibukota Venezuela, Selasa (13/4). Presiden Hugo Chavec berpidato menandai delapan tahun dia kembali ke tampuk kekuasaan. Dia meminta anggota milisi untuk meminta apa saja jika suatu saat dia dibunuh oleh musuh-musuh politiknya. Di atas caption ini terdapat gambar seorang nenek bernama Wartinez sedang memegang senjata; dia berseragam tentara dan di dadanya menempel banyak tanda jasa.

Bosan membolak-balik koran sementara yang lain mengobrol, mereka bernyanyi. Setelah bernyanyi, mereka main teka-teki dan menceritakan hal-hal yang lucu. Saya senang sebab sebagian besar yang mereka teka-tekikan dan ceritakan lucu-lucu yang membuat saya ikut tertawa termasuk ibu di samping kanan saya.

Pada waktu saya kecil di Samosir, anak-anak menyukai berteka-teki. Metodenya secara umum adalah seseorang melemparkan teka-teki lalu yang lain menjawab. Kalau tidak bisa menjawab, maka yang tidak bisa menjawab bisa membalas dengan memberikan teka-teki. Kalau mereka tidak bisa saling menjawab, maka kedua belah pihak wajib saling memberikan jawaban.

Di daerah Toba, untuk memulai berteka-teki, orang akan mengatakan: “Huling-huling anca!” Yang lain secara otomatis akan menjawab: “Anca”. (Baca: Acca). Di Simalungun dengan mengatakan: “Hutinta”, lalu yang lain menjawab: “Anta”. (Baca: Atta). Yang menyampaikan “huling-huling anca atau hutinta”, dialah yang melemparkan teka-teki. yang menjawab “anca” atau “anta” yang menjawab.

Misalnya, yang paling sederhana dari huling-huling anca yang agak manipulatif dari segi bahasa dan bisa membuat orang marah kalau tidak punya sense-linguistik yang bagus dalam bahasa Batak adalah:

“Tekku allang!”, kata di pelempar teki-teki.

Orang yang mengerti akan segera menjawab: “Kaccang”.

Orang yang tidak mengerti, bisa marah sebab “tekku allang” secara harafiah berarti: “taikku makan”. “Tekku allang” sebenarnya berasal dari 1. Tek huallang. Tek adalah sebuah bunyi kalau kita membelah kacang. Huallang berarti kumakan. Kalau saya makan kacang maka saya tek-kan dulu (buka dulu kulitnya) lalu saya makan. 2. Tekku allang juga berarti: taikku makan! Hanya saja, karena orang berada dalam situasi berteka-teki, dia harus mencari atau memikirkan jawaban yang cerdas, bukan jawaban yang emosional. Beberapa teka-teki bernada pornografis tetapi jawabannya jelas tidak; itu sebab, si pembuat teka-teka bisa mengatakan, “makanya jangan berpikiran kotor!”

Beberapa humor yang saya dengar dari mereka:

http://ridhoaex90.wordpress.com/2008/08/22/hidup-ini-hahahahahaha/)

(Sumber: http://ridhoaex90.wordpress.com/2008/08/22/hidup-ini-hahahahahaha/)

A. Bule Batak di Danau Galilea

Haha, ada pula bule Batak. Salah seorang anak muda yang duduk di depan saya yang menceritakan ini; saya kira dia masih tingkat pertama atau kedua di bangku perkuliahannya.

“Ada bule Batak jalan-jalan ke Danau Galilea. Di sana di mau menyewa kapal untuk berkeliling danau itu. Dia bertanya kepada pemilik kapal. Berapa sewa kapalmu ini Pak? Si pemilik kapal menjawab dengan mengatakan sewa kapalnya yang kalau bule Batak itu rupiahkan, maka jumlahnya adalah Rp. 50.000.000 (lima puluh juta). Si bule Batak bilang, waduh, mahal kali Pak! Kalau di Danau Toba, nggak sampai pun setengahnya itu kalau sewa kapal. Terus, si pemilik kapal di Danau Galilea bilang, wah, ini kan bukan di Danau Toba, ini di Danau Galilea. Jadi, si bule Batak bilang: Oooh, pantaslah Yesus jalan kaki kalau begini, mahal kali rupanya ongkos di sini!”

Persis di ujung cerita itu, pendengar terpingkal-pingkal. Kalau orang tidak punya pengetahuan tentang Yesus yang biasa berjalan-jalan di Palestina pada masa itu, maka orang bisa saja tidak tertawa mendengarkan humor itu. Bagi orang Batak Kristen, secara otomatis, karena mereka kenal cerita-cerita Alkitab dan tokoh Yesus, demikian juga Danau Toba, secara otomatis akan tertawa. Salah seorang teman si pencerita humor ini bilang setelah tertawa reda: “Ah, kau sesat!” Maksudnya, secara bercanda, yang bikin humor itu membuat sebuah humor yang tidak seharusnya akan tetapi itulah humor, diaseringkali berada pada yang tidak seharusnya; itulah yang sering menjadikannya lucu.

B. Orang Bijak dan ikan terinya

Masih dari si pencerita bule Batak. Dia melemparkan teka-teki berbunyi: “Di Sidempuan banyak salak yang enak/Jika Anda orang bijak, ikan apa yang matanya banyak?”

Teman-temannya berpikir. Mereka menyebutkan beberapa nama ikan yang jelas-jelas hanya bermata dua. Nggak ada yang bermata banyak. Teman-temannya menyerah.

Nggak bisa? Begitu tantang si pemberi teka-teki. Nggak, kata teman-temannya.

Lalu si pemberi teka-teki menjawab: “Ikan teri sekilo”.

Langsung semua penumpang tertawa terpingkal-pingkal. Nggak ada yang bisa membantah jawaban itu sama sekali; semua hanya bisa tertawa.

C. Ingin punya mobil

Seorang mahasiswa dari sebuah kampung di Tanah Batak kuliah di Jakarta. Ketika liburan dia pulang ke rumah.

Menjelang pulang kembali ke Jakarta, dia bilang sama bapaknya: “Pak, di Jakarta teman-temanku itu kalau kuliah ada yang bawa kijang, jebra, ada juga yang bawa panther.”

Si bapak: “Bah, bawa saja babi atau kerbau kita itu untukmu!”

D. Tiga ekor cicak

Dua ekor cicak sedang berada di langit-langit, mereka berdua berantam. Cicak ketiga menonton yang sedang berantam. Ketika yang dua berantam secara habis-habisan, mereka jatuh ke lantai. Berapa cicak yang tertingal di langit-langit?

Yang lain menjawab, satu ekor, yang menonton itu.

Yang punya teka-teki bilang, salah. Yang benar adalah tidak ada lagi cicak di langit-langit sebab ketika yang dua itu jatuh, cicak yang menonton itu bertepuk tangan dan dia pun terjatuh.

Itulah beberapa yang saya dengar; yang lain ada juga yang rada-rasa saru jadi tak perlu saya tuliskan di sini, hehe…! ***


GAMBAR DI ATAS DI DAPAT DARI SINI




Dikutip dari: kompas.com
...!!!Harap kunjungi situs Asli!!!!...
<<---Dan pilih iklannya agar kita saling menguntungkan--->>
Anda Mendapat Informasi, Merekapun Juga Dapat Income

Pesan dari www.cari-barang.com



0 komentar:

Posting Komentar

Total Pageviews