Pages

Jumat, 21 Oktober 2011

Mengapa Guru Sekolah Swasta Lebih Disiplin Daripada Sekolah Negeri?


Disiplin: sebuah kata yang begitu mudah diucapkan tetapi begitu sulit dipraktikkan. Setiap orang sering mengungkapkan kata “disiplin” dengan beragam gaya dan intonasi. Sepertinya, disiplin sudah menjadi kata yang begitu popular untuk memopulerkan diri. Kata itu memang begitu baik maknanya tetapi jarang dan teramat jarang diterapkan banyak orang. Namun, ada sebuah institusi yang kerap menggunakan kata itu, yakni sekolah swasta.
Dahulu, saya pernah mengajar di sekolah swasta ternama, bahkan bertaraf internasional. Kebetulan kepala sekolahnya adalah temanku. Saya diminta untuk membantunya. Namun, saya terpaksa mengundurkan diri karena beragam sebab. Ada sesuatu yang memaksaku untuk mengundurkan diri. Meskipun demikian, saya masih dapat mengenang kedisiplinan sekolah itu.
Sekolah masuk jam 07.00. Sebelumnya, semua anak wajib makan pagi di dapur atau hall makan. Guru dan siswa berbaur dan makan bersama. Semua boleh mengambil makanan dan minuman sesukanya. Sebelum makan, semua berdoa. Lalu, semua menikmati makanan dan minuman dalam ketenangan tanpa suara gaduh atau ngobrol. Selanjutnya, gelas dan piring kotor dibawa ke tempat yang telah disediakan.
Semua siswa menuju kelas masing-masing. Tepat jam 07.00, guru sudah berada di kelas untuk memimpin doa awal pelajaran. Rerata pembelajaran menggunakan media LCD atau video. Guru teramat cekatan mengajarkan kompetensi kepada para siswa. Dan hubungan guru dengan siswa teramat dekat tetapi sopan. Para siswa mempunyai kebebasan untuk bertanya atau berdiskusi. Kondisi pembelajaran pun sungguh menyenangkan semuanya meskipun pembelajaran dilaksanakan hingga siang.
Atas kesan itu pula, saya menyekolahkan anakku ke sekolah swasta. Saya menilai bahwa sekolah swasta memiliki rasa tanggung jawab yang besar kepada orang tua dan siswa. Terlebih, kepala sekolah anakku adalah mantan muridku ketika MAN Surakarta. Begitu mengetahui bahwa kepala sekolahnya adalah mantan muridku, saya langsung memercayainya. Kepala sekolah mengenalku dengan baik dan saya pun mengenal kepribadian kepala sekolah itu tak kalah baiknya.
Perkembangan anakku langsung dilaporkan setiap hari melalui buku penghubung. Dalam buku itu, semua peristiwa di sekolah dituliskan guru kelasnya: peristiwa menyenangkan, menyedihkan, iuran sekolah, atau pemberian pekerjaan rumah. Guru kelas melaporkan aktivitas setiap muridnya dengan tulisan tangan yang teramat rapi. Dari situlah, saya dapat menilai kebaikan sekolah anakku. Gurunya benar-benar memiliki rasa tanggung jawab sejak jam 07.00 – 13.45.
Kedisiplinan guru swasta dapat disebabkan beragam alasan, seperti otonomi sekolah, kebiasaan, dan kepemimpinan. Sekolah swasta memang memiliki kewenangan untuk mengatur manajemen sekolah secara otonom. Semua hal yang dirasa kurang pas tentu akan menjadi perhatian manajemen, baik yayasan maupun kepala sekolah.
Sekolah swasta sering memiliki tatatertib yang lumayan ketat. Orang tua diberi tahu bahwa anaknya akan mendapat sanksi jika melakukan pelanggaran ini dan itu. Oleh karena itu, anak-anak menjadi terbiasa hidup disiplin. Pada akhirnya, anak-anak pun melakukan kedisiplinan dengan kesadaran: makan, minum, membuang sampah, belajar, mengerjakan ulangan, berdoa, sholat dhuha, sholat dhuhur dan lain-lain.
Sekolah swasta pun sering memiliki kepala sekolah yang teramat tegas. Setiap pelanggaran yang dilakukan guru dan juga warga sekolah akan mendapatkan teguran. Semua berpulang pada jiwa kepala sekolah yang memang layak menjadi kepala sekolah. Teramat jarang kepala sekolah swasta berkasus karena kesalahannya. Rerata mereka memang sudah disiapkan oleh manajemen sekolah, tak lain adalah yayasan atau lembaganya.
—-
“Mengapa kalian ramai?” tanyaku ketika memasuki sebuah kelas.


<<>>
^_^
Jangan Lupa Mampir lagi di sini yaa?

Pesan dari:    Anugerah Mini Market

0 komentar:

Posting Komentar

Total Pageviews