Pages

Rabu, 14 April 2010

Definisi Usaha

Sebab, menentukan jenis produk saja tidak cukup untuk menjelaskan tentang karakter perusahaan, tujuannya, serta bagaimana mengenali pesaing dan bagaimana menanggapi perkembangan zaman dan teknologi.

Sebuah perusahaan bisa memproduksi lebih dari satu produk. Untuk menentukan produk apa saja yang akan dibuat, tentunya harus ada pedoman yang benar, yang sejalan dengan definisi usaha kita. Sebagai contoh, dipasaran banyak kita temui sepatu bermerek St.Michael, yang kita tahu merupakan produksi dari perusahaan Marks & Spencer dari Inggris. Apakah Marks & Spencer itu perusahaan sepatu, sebagaimana halnya perusahaan sepatu Bata ? Ternyata bukan, karena merek St.Michael dipakai juga untuk berbagai jenis barang lainnya seperti dasi, kemeja, ikat pinggang, pakaian wanita dan lain-lain. Ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mendefinisikan usahanya bukan sebagai produsen sepatu, akan tetapi sebagai perusahaan penyedia perlengkapan pribadi, baik untuk lelaki maupun perempuan, tua muda serta anak-anak.

Pada perusahaan-perusaha an besar dan konglomerat, definisi usaha dilaksanakan pada tiap-tiap divisi, yang masing-masing memproduksi barang yang berbeda. Sebut saja misalnya perusahaan Yamaha dari Jepang, mereka mempunyai divisi yang memproduksi alat-alat musik seperti gitar, piano, organ dan lain-lain. Jelas divisi ini didefinisikan sebagai perusahaan pembuat dan pemasok alat-alat musik. Disamping itu mereka juga mempunyai divisi automotif, yang membuat sepeda motor, bahkan ada juga mesin motor-boat dan speed-boat. Masih ada lagi divisi yang memproduksi alat-alat olahraga.

Lantas, apa gunanya mendefinisikan usaha bagi perusahaan kecil yang baru saja mau mulai beroperasi ?

Definisi usaha berguna untuk memberikan kejelasan kepada masyarakat luas tentang jenis pelayanan yang dapat diberikan oleh sebuah badan usaha. Bahkan, hal ini lebih penting lagi bagi sipengusaha. Karena, menurut pengalaman, banyak pengusaha justru merasa tidak jelas dengan misi yang sesungguhnya dari organisasi bisnis yang didirikannya sendiri. Ketidak jelasan itu dapat menjadi bibit masalah dikemudian hari. Masalah-masalahnya dapat berupa kebingungan dalam mengenali pesaing, tidak tanggap terhadap perkembangan teknologi, tidak jelas tentang tujuan dan sasaran perusahaan. Sehingga, pada kasus ekstrim, banyak pengusaha yang harus mengalami kejatuhan dan menutup usahanya.

Kita kutipkan beberapa kasus yang menceritakan bagaimana pentingnya definisi usaha terhadap masa depan sebuah perusahaan. Pada tahun-tahun 1950-an, batu tulis banyak digunakan disekolah-sekolah dasar (SR = Sekolah Rakyat) untuk belajar menulis dan membaca. Karena pemakaiannya begitu luas disemua sekolah yang ada diseluruh negeri, perusahaan-perusaha an pembuat batu tulis tumbuh subur. Akan tetapi, setelah beberapa waktu kemudian batu tulis tidak lagi dipergunakan, banyak diantara mereka akhirnya terpaksa menutup usaha, gulung tikar.

Jika diperhatikan, tampak bahwa hal ini terjadi karena masalah pendefinisian bidang usaha yang kurang tepat. Para pengusaha batu tulis yang gulung tikar tersebut, secara sadar atau tidak telah memberikan definisi pada perusahaannya semata-mata sebagai perusahaan batu tulis. Mereka tidak melihat wawasan yang lebih luas, misalnya menyatakan diri sebagai perusahaan pembuat peralatan sekolah. Dengan definisi yang demikian, dengan sendirinya akan diperoleh cakrawala bisnis yang lebih besar, sehingga lebih tanggap pada perubahan zaman. Pengusaha-pengusaha dengan definisi usaha seperti itu, tetap bertahan hidup, karena mereka langsung merubah produknya dengan yang lebih sesuai yaitu buku tulis. Mereka akan lebih beruntung, karena walaupun produknya berubah, segmen pasarnya tidak berubah. Para pelanggan setianya pun tidak akan lepas lari kemana-mana.

Sementara itu, mereka yang segera menutup perusahaannya, akan mengalami hal yang lebih berat. Karena, kalau mereka merintis usaha lagi dalam bidang yang sama sekali baru, maka mereka harus bekerja dari nol kembali. Sedang kita tahu, mencari sejumlah pelanggan setia bukanlah pekerjaan mudah.

Kasus kedua adalah tentang pengusaha-pengusaha servis pemeliharaan dan perbaikan mesin tik manual. Sejak ditemukannya komputer pribadi (PC=Personal Computer) pada awal dekade 1980-an, perlahan tapi pasti, peranan mesin tik manual mulai tergeser. Dalam kurun waktu 15 tahun, praktis tidak ada lagi yang menggunakan mesin tik manual untuk keperluan yang bersifat serius.

Perkembangan ini amat memukul bagi sejumlah pengusaha servis mesin tik manual tersebut. Mereka yang berpikir sempit, merasa bidang usahanya harus berakhir, karena kalah bersaing dengan mesin baru yang bernama komputer. Dan memang akhirnya banyak yang menyatakan diri bangkrut, menutup bengkelnya untuk kemudian pergi mencari nafkah dibidang lain.

Kasus inipun memperlihatkan betapa banyak orang yang salah mendefinisikan bidang usahanya. Para pemilik bengkel mesin tik itu, tidak seharusnya menganggap komputer sebagai pesaing, karena baik komputer maupun mesin tik merupakan peralatan yang berperan pada bidang yang sama. Yaitu, bidang admisitrasi bisnis yang nota bene adalah bidang ketik-mengetik juga. Komputer hanyalah produk perkembangan teknologi belaka yang harus diantisipasi dan ditanggapi secara positif oleh semua wiraswastawan.

Thomas L. Greenbaum mengulas masalah definisi usaha ini secara panjang lebar dalam bukunya “The Consultant’s Manual”, karena ia melihat bila pengusaha sendiri masih merasa tidak jelas dengan ruang lingkup pelayanannya, maka hal itu lebih-lebih akan terjadi pada para calon pelanggannya. Sebagai efek lanjutan dari masalah ini, sipengusaha akan tidak mampu menentukan dari golongan manakah calon-calon pelanggan yang diincar, jenis layanan apa saja yang ia bisa berikan, serta kemanakah tujuan sebenarnya dari perusahaannya tersebut.

Dilain pihak, mendefinisikan bidang usaha harus dalam lingkup yang tepat, atau right sized. Kalau terlalu sempit, maka secara tidak langsung kita sudah menutup banyak peluang bagi diri sendiri, sementarara kalau terlalu lebar atau general, akan menimbulkan banyak biaya investasi. Keadaan ini bisa diidentikkan dengan seorang penjala ikan disungai. Untuk menjala ikan sebanyak-banyaknya, paling baik adalah dengan membuat ukuran jala itu sebesar dan selebar mungkin. Dengan tujuan, sekali tebar, suatu daerah cakupan yang luas bisa ditutup olehnya. Maka mungkin sekali menambah rajutan jala tersebut merupakan hal yang bijaksana. Akan tetapi, itu ada batasnya. Suatu saat, ukuran jala akan menjadi terlalu besar untuk dipegang serta terlalu berat untuk diangkat oleh sipenjala.

Demikian juga halnya dengan pengusaha. Pendefinisian usaha yang mencakup daerah pelayanan yang luas, boleh-boleh saja. Karena mungkin pertimbangannya adalah untuk mengantisipasi berbagai permintaan yang beraneka ragam, sekaligus untuk menghimpun order sebanyak mungkin. Namun demikian, harus diingat bahwa makin luas cakupan pelayanan, makin besar juga modal yang perlu ditanam guna menyiapkan semua sarana yang perlu. Disuatu batas, ada kemungkinan terjadinya biaya investasi menjadi terlalu besar, sementara pemasukan order tidak seberapa.

Bidang usaha memang harus didefinisikan secara jelas dan gamblang. Pendefinisian itu harus bisa mempergunakan kalimat-kalimat yang pendek dan sederhana, sehingga tidak saja bisa menjelaskan kepada orang lain dengan baik, tetapi juga mampu menjadi pedoman kita sebagai wiraswastawan dalam berusaha. Thomas L. Greenbaum lebih jauh mengatakan, bila pengusaha dapat menjelaskan bidang pelayanan usahanya secara tepat dan dalam waktu singkat, maka artinya dia sudah memiliki pedoman usaha yang benar.

Rusman Hakim

GAMBAR DI DAPAT DARI SINI


Dikutip dari: gacerindo.com
...!!!Harap kunjungi situs Asli!!!!...
<<---Dan pilih iklannya agar kita saling menguntungkan--->>
Anda Mendapat Informasi, Merekapun Juga Dapat Income

Pesan dari www.cari-barang.com



0 komentar:

Posting Komentar

Total Pageviews