Pages

Kamis, 01 April 2010

HIPNOTIS

SETIAP orang di dunia pasti punya sesuatu hobi dalam dirinya. Mulai hobi yang genius kayak menulis, membaca, melukis, pokoknya yang penting-penting gitu deh. Sampai hobi yang gokil habis dan aneh. Gimana nggak aneh, makan kecoa goreng, nungguin kedatangan hantu di tempat yang sudah terkenal angker banget, bahkan tidur ditemanin ribuan nyamuk. Mereka bilang itu hobi yang gokil dan menantang. Benar-benar hobi yang aneh.

Begitu juga dengan hobi yang dimiliki Mita. Dia suka banget sama hal-hal yang berhubungan dengan sulap, mulai sulap bergaya fantasi, mentalis, hipnotis, serta tetek bengek sulap yang lain. Dia menyukai semuanya.

Hobinya yang gokil itu berawal sejak dia kecil, tepatnya saat Mita kelas 6 SD. Saat itu, di sekolah Mita sedang dilaksanakan acara wisuda sekaligus perpisahan bagi kelas 6 yang telah lulus. Acara perpisahan itu dihadiri banyak sekali orang. Mulai kepala sekolah, guru, wali murid, para siswa maupun siswi hingga para penonton yang maksa banget buat nonton acara itu.

Karena itulah, sekolah mengundang Pak Gendeng untuk mengisi hiburan di sela-sela acara. Pak Gendeng adalah seseorang yang pandai bermain sulap. Dia berasal dari Surabaya. Semakin banyak orang yang datang berbondong-bondong ke halaman sekolah hanya untuk menyaksikan aksi Pak Gendeng bermain sulap. Sebab, sulap adalah hal yang asing di mata dan telinga mereka.

Mita pun merasakan sulap sebagai hal asing yang belum pernah didengarnya. Sehingga saat acara dimulai, Mita memilih tempat duduk paling depan, dekat panggung. Dia menegakkan kepala, membuka mata lebar-lebar saat Pak Gendeng naik panggung. Bertambah semangat dia, saat Pak Gendeng memulai sulapnya yang pertama.

Pak Gendeng mengambil daun waru dari pohon di samping panggung. Memasukkan ke topinya yang kosong dan berubahlah daun itu menjadi uang Rp 100 ribu dalam sekejap. Semua penonton takjub dibuatnya. Mita pun tak kalah takjub dan heran saat melihat daun bisa berubah jadi uang. Dia langsung berdiri, memberikan tepuk tangan untuk Pak Gendeng, diikuti penonton. Mendengar tepuk tangan yang membahana, Pak Gendeng pun melanjutkan aksinya.

Pak Gendeng memanggil salah seorang penonton untuk membantunya bermain di atas panggung. Pak Lurah pun memilih diri sendiri untuk membantu. Dia berjalan dengan percaya diri menuju panggung. Dia duduk di kursi yang sudah disediakan di atas panggung. Pak Gendeng memulai aksinya yang kedua. Dia menghipnotis Pak Lurah hingga Pak Lurah tak sadarkan diri. Ajaibnya, Pak Lurah mengikuti semua yang diperintahkan oleh Pak Gendeng. Mita pun semakin takjub dan heran. Sekali lagi dia berdiri untuk memberikan tepuk tangan.

Sehingga, sampai sekarang, sampai Mita kuliah, dia hobi banget nonton pertunjukkan sulap. Mulai yang ditayangin di televisi hingga pertunjukan langsung di atas panggung. Dia selalu nonton dan tak pernah ketinggalan sekali pun. Bahkan, dia hafal semua nama tokoh sulap yang nggak terkenal dan sudah terkenal banget seperti Rommy Rafael dan Deddy Corbuzier.

Hobinya yang gila itu membuatnya tak pernah berpikir panjang untuk mengorbankan semua yang ada dalam kehidupannya hanya untuk sulap. Dia juga rela begadang semalaman di rawa-rawa yang angker. Sebab, dia ingin menguasai ilmu sulap yang mengagumkan itu.

Beruntunglah Mita karena di tahun 2009, saluran-saluran televisi swasta sedang gencar-gencarnya menayangkan acara sulap. Mereka berlomba-lomba menarik simpati penonton dengan tayangan sulap yang lagi tren.

So, hampir setiap hari Mita menonton pertunjukkan sulap di televisi. Seperti biasanya, setiap sore pukul setengah tujuh menjelang azan Isya, Mita nongkrong di depan televisi, menanti program kesayangannya tayang. Program terbaru berjudul Uya emang Kuya, juga program bernama Cinta juga Kuya.

Beberapa jam lagi dan penayangan program Uya emang Kuya setiap hari Senin dan Selasa, tepatnya pukul sepuluh malam, Mita memindah channel televisinya. Dia melihat aksi Rommy Rafael dan Deddy Corbuzier di televisi. Semua program-program yang selalu ditontonnya di televisi, semuanya bergenre sulap.

Hipnotis kejujuran adalah bagian favoritnya dalam acara Uya emang Kuya.

"Dengarkan saya, jika anda melihat api di depan mata Anda, Anda akan tertidur, dan lupakan segalanya," kata Uya di televisi sambil membakar sebuah tisu dengan korek api.

Tiba-tiba, Mita jatuh pingsan, dia tak sadarkan diri. Ternyata, pikiran dan matanya mengikuti apa yang diucapkan Uya di televisi. Satu jam lamanya dia tak sadarkan diri seperti itu. Semua keluarga mengiranya sedang menonton televisi.

Jam sembilan malam, kakak Mita mengetahui Mita tergeletak tak sadarkan diri di lantai. Pertama, dia mengira adiknya sedang tidur. Tapi, setelah berulang-ulang menggelitik perut adiknya, Mita tak juga bangun. Padahal, Mita tak tahan jika perutnya digelitikin orang. Sontak, kakaknya bingung dan memanggil bundanya di luar.

"Ada apa, Ben? Teriak-teriak kayak anak kecil," kata bundanya sambil tergopoh-gopoh masuk ke rumah.

"Ini Bun, Mita, pingsan."

"Mita, kok bisa?"

"Cepat ambilkan minyak kayu putih."

Bundanya mengoleskan minyak kayu putih di hidung Mita. Tapi, Mita tak sadar. Seluruh keluarga semakin panik, apalagi bundanya. Kakaknya memukul-mukul pipi adiknya sambil memanggil nama Mita.

"Ini kenapa?" Tanya ayah.

"Mita kan tadi habis nonton acaranya Uya emang Kuya yang hipnotis kejujuran, lalu dia jadi pingsan begini," jelas Ben.

Bunda Mita tak henti-hentinya menangis di sisi tubuh Mita. Tetangga kiri, kanan, depan, belakang, datang berbondong-bondong ke rumah Mita karena mereka mendengar suara tangis bunda Mita di tengah malam seperti itu. Setelah melihat kondisi Mita yang seperti itu, semua tetangga yang datang pun ikut sedih.

Esoknya, pagi-pagi sekali, ayah Mita dan Ben pergi mengundang para ahli sulap dan dukun di daerahnya untuk ke rumah guna mengobati Mita. Tapi, mereka semua tidak bisa menyembuhkan Mita. Dia dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya. Ilmu kedokteran yang terkenal canggih tak bisa mengobati dan menyadarkan Mita. Menurut dokter, Mita tidak apa-apa, dia hanya tak sadarkan diri atau koma untuk sementara waktu. Dokter pun tak bisa memastikan kapan Mita bisa bangun.

Dua minggu lamanya, Mita terbaring di rumah sakit. Badannya kurus kering.

Wajahnya pucat. Tulang pipinya terlihat jelas di wajahnya. Dia tak bisa menerima makanan secara langsung. Hanya cairan infus yang oleh dokter dicampur dengan sari makanan yang masuk ke tubuhnya.

Melihat putri semata wayangnya tergeletak dan tak sadarkan diri, hati bundanya semakin teriris. Beliau tak henti-hentinya menangis. Ayah Mita sudah berusaha menenangkan istrinya, tapi tetap bersedih.

"Pak, kita bawa saja Mita ke Jakarta, biar ketemu dengan Uya."

"Tapi, Bu, Jakarta itu jauh."

"Ayolah, Pak."

"Ya sudah, besok kita bawa Mita ke Jakarta."

Laksana angin, kabar Mita tak sadarkan diri karena terhipnotis sudah menyebar ke seluruh wilayah kota. Sampai-sampai beritanya masuk di Jawa Pos.

Sore itu, kira-kira pukul empat sore. Seorang kakek berpakaian serbaputih ke kamar inap Mita di rumah sakit. Keluarga Mita terkejut dengan kedatangannya. Kakek itu pun mengenalkan dirinya sebagai seorang kiai yang mendengar kabar Mita yang tak sadarkan diri karena terhipnotis. Kakek tersebut berniat mengobati Mita.

Rasa cemas, takut, dan khawatir dengan keadaan Mita membuat keluarga Mita percaya dengan kakek itu. Mereka mengizinkannya mengobati Mita. Entah dengan cara apa kakek itu mengobati Mita. Yang jelas, Mita sudah sadar setelah kakek itu memegang kening Mita. Bibirnya komat-kamit membaca sesuatu. Mungkin kakek itu mengobati Mita dengan membacakannya ayat-ayat Alquran.

Semua keluarga bergembira dengan kesadaran Mita. Mereka semua berterima kasih kepada kakek itu. Kakek tersebut pun tersenyum dan berpamitan untuk pergi. Bunda Mita menangis lagi, tapi kali ini menangis karena kebahagiaan.

Mita pun menangis, dia menanyakan kepada bundanya tentang apa yang terjadi pada dirinya. Ben pun menceritakan semuanya. Air mata

makin deras mengalir dari mata Mita setelah mendengar cerita kakaknya.

"Maafkan aku Bunda, Ayah, Kakak. Aku sudah membuat kalian semua panik dan khawatir," kata Mita.

"Iya sayang," kata sang bunda sembari mencium pipi Mita.

"Tapi, kamu janji sama bunda untuk membuang hobi kamu yang aneh itu. Nggak usah lagi menonton acara-acara sulapan segala. Jangan buat bunda khawatir seperti ini," pesan bundanya. ***

Ilmatus Sa'diyah, Pelajar SMKN 1



Dikutip dari: jawapos.com
...!!!Harap kunjungi situs Asli!!!!...
<<---Dan pilih iklannya agar kita saling menguntungkan--->>
Anda Mendapat Informasi, Merekapun Juga Dapat Income

Pesan dari www.cari-barang.com

1 komentar:

Total Pageviews